Tuesday, September 13, 2022

A, B, and A Belief that Allah Always Listens

A : Ya Allah, hamba terus dan terus saja berbuat dosa yang tidak hamba sadari bahkan maupun yang hamba sadari. Hamba sangat pantas menerima semua ini jika memang ini adalah hukuman atas seluruh dosa hamba. Namun, hamba hanyalah manusia biasa yang tidak mungkin luput dari berbuat salah, masih diijinkan kah jika hamba ingin berteriak bahwa hamba tidak kuat dengan hukuman-Mu melalui B? 

Allah : 

A : Apakah pertemanan hamba dengan B adalah sesuatu yang tidak baik di mata-Mu? Apakah ini sesalah itu? 

Allah :

A : Hamba memang selalu saja berbuat salah pada B, tapi hamba selalu menyadari dan segera meminta maaf. Tidak bisa kah Engkau melihat ini sebagai niat baik dan ikhtiar hamba untuk menjaga persahabatan kami? Atau yang hamba lakukan itu juga salah? 

Allah :

A : Hamba masih dalam proses untuk ridho dan menerima jika memang hamba harus kehilangan salah satu sahabat, sebuah proses yang benar-benar menyakitkan dan harus hamba lewati sendirian. Namun, tidak bolehkah jika hamba masih saja mengharapkan yang sebaliknya? 

Allah : 

A : Masih diijinkan kah jika hamba memohon untuk memulihkan pertemanan kami seperti sebelumnya? atau bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya? Melihat B lebih bahagia bersama teman-teman hamba yang lain, selalu mengandalkan dan mengutamakan teman-teman hamba yang lain dibandingkan hamba yang bisa hamba jamin paling peduli dengan B benar-benar sangat menyakitkan. 

Allah :

A : Hamba sudah benar-benar tidak sanggup, Ya Allah :'(

No comments:

Post a Comment